Selasa, 17 Desember 2019

T8_DPM_Aulia Nafi Hakim_210104190002



T8 (TUGAS 8)
Nama               : Aulia Nafi Hakim                                                     Kelas   : MPM A 2019
NPM               : 210104190002                                                          Matkul : DPM
Semester          : 1                   
TRANSKRIP PROGRAM BERITA

Judul Program : Tradisi Suku Tanah Belu (CNN) Inside Indonesia
Kategori          : Berita
Presenter         : Dheayu Jihan (Produser Lapangan CNN Indonesia)
Durasi              : 00:25:48
Jam Tayang     : 25 November 2019, 14.00-14.30 WIB.
Sumber            : https://www.youtube.com/watch?v=A2U90cO8RoE

Visual
Audio
(00-03’) Drone, Zoom Out. Background : Landscape alam pegunungan.
(Bs) : Lagu daerah
 (03-06’)  Drone Zoom out. Shot orang menari.
(Bs): Lagu daerah
(06-08’) Very long Shot. Orang menari
(Bs) : Lagu derah. (Vo) “Warna-warni budaya nusantara”.
 (08-12’) Medium Long Shot. Orang menari
 (Bs) : Lagu daerah. (Vo) “membentang luas sepanjang cakrawala”.
 (12-16’) Drone Zoom Out. Orang menari
 (Bs) :Lagu daerah. (Vo) : “Keelokan tradisi yang ada di tanah perbatasan”.
(17-21’) Medium Long Shot. Orang menari
 (Bs) : Lagu daerah. (Vo) : “Atangdua”.
(21-30’) Medium Close Up. Orang menenun/ menjahit.
 (Bs) : Lagu daerah. (Vo) : “Begitu mengesankan, mempelajari keunikan budaya dua etnis saudara, Tetun dan kemak.
(30-50’) Bumper. Kejadian alam nusantara dan hewan endemik, kebudayaan. (Screen title “Inside Indonesia”).
 (Bs) : Bumper. Ost bumper “ CNN Inside Indonesia”.
(50-1.00’) Drone shot. Landscape pegunungan. (Wtr Mrk). Title bawah “Tradisi suku saudara Tanah Belu”
 (Bs) : Opening.
 (1.00-1.07’)  Long Shot. Presenter berajalan. (Wtr Mrk). Title bawah “Tradisi suku saudara Tanah Belu”. Close Up, gapura kota Atambua.
 (Bs) : -
 (1.09-1.30’) Medium Close Up. Narasumber “Pius Fahik, Budayawan Belu”. 
 Pius Fahik “Sejak adanya peradaban manusia di Kanat Timur ini, itu mereka sudah ada hubungan kekerabatan. Yang mana dituturkan dari parapenutur, bahwa ada beberapa etnis atau suku yaitu, Petun, Buna. Mereka ini sebenarnya besaudara”.
(1.30-1.45’) Long Shot . Orang menari
 Pius Fahik “Sudah ada peradaban manusia. Mereka-mereka ini dibagi ke wilayah  masing-masing kemudian, pergi dan menetap di sana dan menyebar luaskan etnisnya masing-masing”.
 (1.45-1.54’) Drone Zoom Out. Landscape desa.
 (Bs) : Lagu daerah,
 (1.54-2.13’) Cuplikan video Geografis.
 (Vo) : “Kabupaten Belu terletak di sudut Timur Provinsi NTT, ber ibu kota di Atambua, Kabupaten ini tersohor sebagai kota perbatasan. Ya batas Negara republik Indoensia dan Timur Leste. Terletak di desa Motaain atau sekitar 21 Km dari kota Atambua”.
(2.13-2.23’) Drone shot. Zoom Out, landscape hutan
 (Bs) : -
(2.23-2.38’) Drone Shot, Landscape pemukiman desa.
(Vo) : “Di tanah Belu hiduplah empat etnis besar yaitu, Tetun, Bunak, Kemak dan Dawan. Keempat etnis ini terbagi karena bahasanya, etnis dengan jumlah penganut terbesar yakni etnis Tetun”.
(2.38-2.52’) Long Shot, kegiatan warga etnis Tetun.
 (Vo) : “Kali ini kita akan mengenal lebih dekat tradisi etnis Tetun dan Kemak, jika Tetun merupakan etnis mayoritas di tanah Belu, Kemak mendiami wilayah kecamatan Tasifeto Timur. Yang bagian dari desa Sadi dan sebagain dari desa kakulukasak”.
(2.52-3.04’) Medium Close Up, 3 warga setempat.
(Bs) : -
“Kami warga Desa Tukuneo, etnis Tetun. Kami warga Desa Sadi, etnis Kemak”. *menggunakan bahasa setempat.
 (3.04-3.20’) Long Shot, kegiatan upacara penyambutan desa setempat.
(Bs) : -
(Vo) : “Menjelajahi kisah dan tradisi etnis Tetun, sayapun berkunjung ke kampung adat umametan di dusun Berkase desa Tukuneno”.
 (3.20-3.36’) Medium Close Up, warga yang sedang melakukan acara adat setempat.
(Bs) :-
(Vo) : “Dalam budaya etnis ini stiap tamu yang datang akan disambut dnegan pemberian selendang tenun, sekaligus dihibur dengan tarian sambutan. Wahh, ternyaat tarian ini begitu menakjubkan.
(3.36-3.50’) Medium Close Up, tarian suku/etnik setempat.
(Bs) : lagu tarian adat setempat
(Vo) : “Irama musik dan gerakannya saling berkesinambungan nan elok. Setelah disambut dengan tarian, masih ada pemberian silih pinang sebagai tanda katan pesaudaraaan.
 (3.51-4.00’) Medium Close Up, memakan makanan penyambut dari suku Tetun.
(Bs) : lagu tarian adat setempat
(Vo) : “Tanaman sirih, pinang, dan kapur yang dimakan oleh tamu menjadi penanda, bahwa kehadiran mereka sudah diterima sebagai bagian dari etnis Tetun.
 (4.00-4.12’) Medium Long Shot, identifikasi suku Tetun dan suku Kemak.
(Bs) : lagu tarian adat setempat
(Vo) : “Baik etnis Tetun maupun Kemak, memiliki keramahannya masing-masing. Kedua etnis ini identic dari satu dengan yang lainnya. Baik dari kehidupan sosial hingga tradisi yang dimiliki.
(4.12-4.46’) Medium Close Up, “Pius Fahik, budayawan Belu”. 
Pius Fahik : “Ketika mereka datang kesini, wilayah yang mereka dapat dari raja, umat Lara dari Lorobogho, dalam perjalanan akhirnya terjadi kawin akhir malih, antara etnis kemak yang barud atang dari Timor Leste, ada perkawinan dengan etnis Tetun.
 (4.46-4.58’) Very Long Shot, Tarian etnis duku setempat.
(Bs) : lagu tarian daerah setempat.
(Vo) : “Ikatan pesaudaraan yang ada pada dua etnis inilahh yang mnejadi alasan kemiripan budaya keduanya,
 (4.58-5.12’) Long shot, Rumah adat setempat.
(Bs) : -
(Vo) : “Kali ini saya berkesampatan untuk berjejakan rumah adat suku Tetun yakni, rumah adat Umametan Lidah. Yang ada di dusun Berkase, desa Tukuneno. 
(5.12-6.11’) Medium Long Shot, Narasumber warga setempat “Niko Demubesin” Ketua Lemabaga Adat Lidak.
Niko Demubesin : “Umametan disitu artinya dia ini punya simbol yang lain itu gunung. Manokaman itu, manok itu ‘ayam’ aman itu ‘jantan’, jadi ayam jantan. Kemudian Tukuneno, itu asal bahasanya itu Tok Neno. Yang artinya tempat raja duduk”.

“Dari leluhur itu buatlah duduk kita itu hanya dari batang kayu, kemudian rumah ini satu atap. Satu atap ini dia melambangkan, di rumah ini walaupun berbeda oerangnya atupun pendatang tapi dalam kehidupan sehari-hari keakraban dalam pergaulannya itu biasa”.
(6.11-6.22’) Medium Long Shot, Presenter “Dheayu jihan”.
“Kemudian satu atap ini melambangkan Bhinela tunggal ika, pancasila ke tiga”.
Dheayu Jihan ; “Baik, nah pa riko kemmduian saya juga penasaran nih untuk bisa masuk kerumah adat disini, tadi harus menunduk untuk bisa naik kedalam rumah”.
(6.22-6.44’) Long Shot, cara memasuki rumah adat yang menunduk.
Niko Demubesin : “Jadi begini, kalo rata-rata disini misalnya sebelum kita masuk kesini kita harus menunduk, Artinya kita menghormati nenek laki-laki maupun nenek perempuan atau leluhur, walaupun mereka tidak ada disini tetapi, kita menghargai dan menghormati bahwa memang tubuh dan raganya tidak ada tetapi arwahnya masih ada di dalam sini.
(6.44-7.26’) Medium Shot, nampakan rumah adat setempat.
(Bs) “ -
(Vo) : “Saya begitu terkesan dengan kisah yang tersimpan di dalam rumah ini. seluruh anggota suku yang ada pun, akan menghargai setiap aturan-aturan yang dibuat. Ya, rumah adat ini menjadi satu dari sekian banyak peninggalan-“
  
 “yang terus terjaga. Sama seperti etnis Tetun, etnis Kemak juga punya rumah adatnya sendiri. Disini saya berkunjung dan melihat secara langsung keunikannya”.
(7.26-8.59) Medium Close Up, “Basilus Haletalo”, Tetua Adat Suku Datotelu.
 Basilus Haletalo : “Rumah adat ini sukubesarnya Datotelo, kemudian rumah adat ini adalah rumah adat Barugul. Berugul yang saya jelaskan bahwa didalamnya itu ada 70 kk dan kemudian 279 jiwa. Atap itu kita istilah di sini bekerja bergorong royong sesuai dengan tradisi adat yang ada disini-“

“Kemudian peresmian, itu segala sesuatu yang kita anggap itu pemalu saat peresmian perlahan-lahan untuk kita masuki. Kalo sudah kita panen, kita akan melaksanakan satu kegiatan yang disebut ‘Genselo’. Genselo itu kita gantung-gantung jagung seperti itu-“

“itu bukti bahwa anak-anak kita yang sudah keluar dan saat peresmian rumah ini mereka dibeban untuk wajib membawa tanduk kambing ini. dan sebgaian besar kita gantung seperti ini. katakanlah suatu istri saya bawa dari suku lain masuk, dari suku tersebut dia menitipkan seekor babi. Dan babi tersebut kita bunuh dan kita gantung disini-“
 “dari ini rahangnya kita jumlah perempuan yang masuk ke suku sini. Kita gantung disini”.
(8.59-9.15’) Long Shot, tarian anak-anak suku setempat.
(Bs) : lagu tarian suku adat setempat
(Vo) : “Meski Nampak berebeda satu kesamaan yang dimiliki kedua etnis ini itu adalah keramah tamahan. Kepada siapapun mereka selalu melempar senyum kerendahan hati mereka semakin membuat saya kagum”
(9.51-9.30) Ending Segmen 1, Drone Shot Zoom out.
(Bs) : lagu tarian suku setempat
(9.31-9.38’) Bumper Insinde Indoensia
(Bs) : lagu Bumper Inside Indonesia.
(9.38-10.04’) Drone Shot, Zoom out, tarian setempat.
Sub Tittle “Tradisi Suku Saudara Tanah Belu”. 
(Bs) : lagu tarian suku daerah setempat
(Vo) : “Etnis Tetun sebagai etnis tertua di tanah Belu, memiliki beragam tradisi dan budaya. Setiap tradisi diyakini merupakan peninggalan nenek moyang mereka yang memiliki nilai leluhur”.
 (10.4-10.30’) Medium Long Shot, Orang suku adat setempat menari.
(Bs) : lagu tarian adat setempat
(Vo) : “Salah satunya adalah kesenian tari. Likurai dan tedebok, menjadi tarian khas tradisi Tetun. Dua jenis tari ini melekat erat dengan kisah leluhur dan sejarah etnis Tetun. Dalam beragam acara Likarai dan tedebok selalu tidak pernah luput ditarikan”.
(10.30-11.02’) Medium Long Shot, warga suku adat setempat menyanyikan lagu dan menari adat mereka.
(Bs) : lagu adat setempat
(Vo) : Tedebok sendiri identic dengan tari dan membuat formasi berbentuk lingkaran, dengan laki-laki di lingkaran dalam dan perempuan berada di lingkaran terluar.
(11.02-11.30’) Medium Close Up, narasumber setempat. “Maria Bernadete”. Anak Suku Tetun.
 Maria Bernadete : “semua induk dari tebe oran belu, aslinya dari lidat, kerajaan Lidat di daerah kami. Kalo acara-acara menerima pejabat-pejabat acara rumah adat, penyambutan kegembiraan. Laki-laki dan perempuan campur, laki-laki di dalam perempuan di pinggir, itu maksudnya supaya menyanyinya bersaut-saut, pantunnya”.
 (11.30-12.04’) Medium Long Shot, Presenter sedang beramusik kendang dengan warga setempat.
(Vo) : “Tak hanya Tebe, Likurai juga menjadi tim tarian wajib untuk menyambut para tamu hingga merayakan kejayaan perang. Tarian ini identic dengan alat musik yaitu kendang yang dengan bahasa setempat disebut Tihar. Tihar sendiri terbuat dari kulit binatang, kambing.
(12.04-12.40’) Medium Long Shot, Warga setempat sedang menari daerah setempat.
(Bs) : lagu tarian adat setempat.
Maria Bernadete : “Likuari juga menari rombelu tapi beda, bedanya kalo orang utara cepat, keras, dan semangat. Kalo orang Melaka halus. Kendangnya beda. Kalo utara kecil, kalo Kabupaten Melaka mereka itu besar, mereka mainnya halus, kalo kami sedikit kasar karena”

 “orang bukit. Keras”.
 (12-40-13.06) Long Shot, orang adat setempat memakai baju adat setempat.
 (Bs) :-
(Vo) : “Tak hanya tarian adat, Tetun juga memiliki pakaian khas yang digunakan lengkap pada upacara atau ridtual adat tertentu. Bagi saya yang baru saja berkunjung ke tanah Timor ini, pakaian adat yang mereka kenakan sungguh indah. Baik yang dipakai laki-laki maupun perempuan.”
(13.06-13.40’) Medium Long Shot, sedang mewawancara suku tersebut dengan narasumber “Tonche”, warga etnis Tetun.
Presenter : “Pengen tau tips atau warna khusus bener-bener khas banget, hanya Tetun yang punya, ada ga sih yang menggambarkan itu?”
Narasumber : “oh ya ini yang paling khas itu ini, motif dikur ini.”
Presenter : “oh ya si tanduk ini hanya Tetun yang punya”.
 (13.40-13.58) Long Shot, Herbal-herbal daerah suku setempat.
(Bs) : -
(Vo) : “Tradisi lainnya yang masih kuat dilesatarikan etnis ini adalah tradisi “ai tahan”. Atau pengobatan menggunakan tanaman herbal yang ada di hutan”.
 (13.58-15.15’) Long Shot, wawancara dengan “Gaudensia Belak”, Makdod/Tabib Ai Tahan. 
 Gaudensia Belak : “Medis suku tetun ini diberkase khususnya pakai obat-obat yang seperti ini yaitu ai tahan”.
Presenter :”Ini diambilnya dari?”
Gaudensia Belak : “Dari hutan langsung”.
 Presenter : “Nah mama ini sekarang saya kebetulan sedang tidak enak tenggorokan, ada tidak sih obat yang bisa untuk menyembuhkan batuk-batuk sepertinya, ada tidak?”.
Gaudensia Belak : “Ada ini, ini tanaman mahkota (bunga mahkota). Cara meminumnya kita petik buahnya seperti ini diiris langsung dijemur seperti-“

 “kita rebus seperti ini, kita sudah rebus dan disaring dulu masukan disini, kaloo sudah dingin langsung kita minum, untuk tenggorkan sakit, tidak enak badan. Kami meminum ini. Bunga Mahkota.”
 (15.15-15.25’) Closing segmen II,

(15.25-15.33’) Bumper  Indside Indoensia (CNN).
 (Bs) : lagu Bumper Inside Indoneisa
  (15.33-15-51’) Long Shot, masyarakat setempat sedang menari bersama. Sub tittle “Tradisi Suku Saudara Tanah Belu”.
 (Bs) : lagu tarian daerah setempat.
 (15.51-16.22’) Medium Close Up, “Stefanus lau Loe”, Penari Tlai.
Stefanus Lau loe : ”Makna tari talai itu menceritakan sebuah pertandingan yang memperebutkan seorang laki-laki. Antara dua orang wanita, menarinya itu yang itinya itu dua orang tapi, menarinya itu mengantar bisa 5 sampai 6 orang. Dan dari tiap laki-laki”.
(16.22-16.46’) Long Shot, Pertunjukan tradisi Tlai.
 (Vo) : “tari Tlai menjadi salah satu tradisi kebanggaan etnis Kemak tarian yang bsangat khidmat ini dipertontonkn kerika upacara ritual ha lu ha”.
 (16.46-17.16’) Very Long shot, pertunjukan tradisi Tlai.
 (Bs) : lagu tarian suku setempat
(Vo) : “Dalam tradisi etnis Kemak tarian juga indentik dengan tari yang ada di etnis Tetun. Seperti tarian likurai di Kemak disebut tarian paradudubau”.
 (17.16-17.43’) Drone Shot, Zoom Out, desa setempat.
 (Vo) : “Selain seni tari, Kemak juga terkenal dengan kain tenunnya, keunggulannya sumber pewarnaan kain yang masih alami, seperti kain tenun yang digawangi penduduk setempat, desa Sadi”.
(17.43-17.59’) Medium Long Shot, pembuatan kain tenun suku daerah setempat.
(Bs) : -
(Vo) : “Gadis suku di sana diwajibkan untuk bisa menenun, karna kemampuan menenun menjadi tolak ukur untuk bisa menikah dalam adat etnis Kemak”.
 (17.59-19.14’) Medium Close Up, Wawancara dengan narasumber “Mama Regina”, Penenun Desa Sadi.
(Bs) : -
Presenter : “Kalo di katanya memang terkenal tenunnya itu merupakan pewarnaan alami, itu bahannya dari apa?”.

 Mama Regina : “Warna merah, kuning, hijau, biru, hitam. Itu semua didapat sekitar sini saja. Ya. 1 minggu untuk tenunya saja kalo untuk proses ini harus 2 minggu  dari awal proses mengikat pemutih baru dicelup ke lumpur habis itu baru kerja untuk lolo habis itu tenun”.
 Presenter : “Kalo untuk proses dari awal sampe akhir itu bisa dikerjakan satu orang atau harus bergiliran atau bagaimana mama?”.
Mama Regina : “Satu orang bisa, ya. Baik harus kelompok karena prosesnya harus banyak orang”.
 (19.14-19.37’) Medium Close up, Presenter sedang mencoba untuk menenun.
(Bs) : -
(Vo) : “Kain-kain ini biasa digunakan dalam-acara-acara adat. Proses panjang dibalik keindahan setiap lembarnya membauat harga kain ini realtif tinggi, dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah namun sangat sebanding dengan hasilnya yang begitu cantik”.
 (19.37-20.12’) Long Shot, warga masyarakat setempat berkumpul.
(Bs) : -
(Vo) : “Berkunjung ke desa Sadi dimana etnis Kemak hidup dengan rukun, tentram, dan bahagia. Di sinipulalah ragam tradisi masih subur. Tradisi ha a luha salah satunya, tradisi ha a luha dalam arti suku Kemak berarti meminta berkat kepada arwah leluhur. Ritual dalam tradisi ini diawali dengan penyembilah qurban berupa babi dan ayam”.
(20.12-20.53’) Medium Close Up, narasumber “Andreas Lau Mali”, Anak Suku Kemak.
 Andreas Lau Mali : “Awalnya hewan itu diqurbankan di depan pintu rumah adat, yang istilah disini dinamakan  ha a luha memang tida langsung disebelih masih ada proses pertama yaitu bikin sirih pinang, dan sirih pinang yang ditari itu jumlahnya dihitung bedasarkan jumlah-“

“anggota suku laki-laki yang ada di sini dan, anggota suku perempuan yang sudah berkeluarga. Jadi dari pihak yang laki-laki bisa membawa ayam bisa membawa babi, tetapi kalo yang perempuan yang sudah berkeluarga itu mereka hanya bawa ayam bawa sirip pinang”.
 (20.53-21.23’) Long Shot, aksi ritual Ha a Luha.
(Vo) : “Setiap babi dan ayam ini nantinya akan diambil organ dalamnya seperti usus untuk diramal dan membaca nasib sang punya hewan. Gambaran usus mereplesentasikan kehidupan selanjutnya si pembawa hewan qurban”.
(21.23-22.02’) Long Shot, aksi ritual Ha a Luha
 (Vo) : ”Ritual dilanjutkan dalam area pemakaman atau kuburan yang disebut dengan hulahitu, disini ritual yang dilakukan masih sama  yakni penyembelihan hewan dan pembacaan nasib”.
 (22.02-22.50) Medium Shot, Aksi ritual ha a Luha.
(Bs) : -
(Vo) : “Puluhan hewan yang sudah disembelih selanjutnya dimasak sama-sama oleh warga, daging yang sudah matang akan dimakan bersama dengan anggota suku lain”.

“Nah, sekarang menjadi waktu yang saya tunggu-tunggu, bisa duduk bersama dengan warga suku Kemak serta menikmati keramahan dan keterbukaan mereka terhadap para pendatang, satu persatu piring diputar. Daging dan nasi yang sudah disiapkan pun dibagikan. Wah tidak sabar rasanya”.
(22.50-23.15’) Medium Close Up, Presenter dan jamuan makan malam daerah suku setempat.
Presenter : “Salah satu bagian rangkaian dari tradisi ha a luha ini adalah makan bersama yang makanan sudah dihidangkan disini, atau dalam bahasa etnis disebut dengan Seka. Di sini saya merasakan betapa rasa pesaudaraan dan kekeluargaan disini begitu terasa erat,  tapi setelah makan ini ada lagi prosesi sebagai penutup dari rangkaian ha a luha yakni prosesi pemberian berkat”.
 (23.15-23.53’) Long Shot, Makan bersama warga setempat.
(Bs) : -
(Vo) : “Proses A luha yang panjang di hari itu ditutup dengan ritual pemberian berkat, di sini warga akan bergiliran menerima berkat dari ketua suku”.
 (23.53-24.44’) Medium Close Up, narasumber “Andreas Lau  Mali”, Anak Suku Kemak. 
“Setelah makan pasti ada ritual penutup yang artinya terima berkat atau istilah di sini ‘kaba’ kalo sudah makan habis, nanti ketua dari sini. Semua anggota suku yang hadir kita kesana menghadap satu-satu untuk terima berkat dalam bentuk ‘kaba’ nanti kabanya bisa di leher, di tangan, kepala, laki-laki dan perempuan semua anggota keluarga”.
(24.44-25.01’) Medium Close up, ritual kebaktian suku setempat. 
(Bs) : -
(Vo) : “Ketua suku akan mengoleskan sirih pinang ke bawah leher dan atas kepala. Nilai luhur yang diyakini ialah setiap hal yang ada di kepala harus berasal dari hati
 (25.01-25.48’) Closing segmen terakhir. Tarian tradisional suku adat setempat
(Bs) : lagu tarian daerah setempat


Tidak ada komentar:

Posting Komentar