Senin, 02 April 2018

Telapak Kaki Hitam (project1)

 
       Langkah demi langkah menompang tubuh, dengan telapak kaki-kaki hitam itu. Tak lupa dengan bekas-bekas luka yang menghiasi tempurung kaki para telapak kaki hitam. Di malam hari kaki-kaki hitam tidur dengan seadanya di pinggir jalan Kota “kembang”, yang hanya bermodal sarung dan kardus bekas yang sudah lama dipakainya.
                                                                Bandung 28 Maret 2018, 20:30 WIB
     
       Menuai nasib dengan penuh kecaman dan merasakan dinginya malam kota kembang.
Terkadang sedih mendengar cerita dari latar belakang kelompok para telapak kaki hitam. Dan timbulah pertanyaan,

“apa yang bisa saya perbuat untuk mereka? karna pada dasarnya saya ingin menjadi orang berguna untuk sesama”.

 Dan hal yang bisa saya lakukan untuk para telapak kaki hitam adalah bukan memberi uang kepada mereka tetapi, menDoakan mereka.

        Sebenarnya siapakah kaki-kaki hitam itu? mereka adalah para Tunawisma. Orang-orang yang tidak memiliki tempat tinggal atau biasa disebut rumah.
                 
            "Bukan tersingkirkan tetapi, mereka memiliki jalan hidup yang berbeda dari kita".
    "Bukan karna ketidak adilan yang maha Esa, tetapi menjadi pelengkap maupun penyeimbang alam                                                                              semesta."

        Perbedaan latar belakang yang membentuk siapa kita dan untuk apa kita diciptakan. Tetapi jawaban petanyaan tersebut ada di tangan kita sendiri. Bahwa kita yang menulis jalan hidup kita sendiri. kita yang menjalani dan bertanggung jawab atas diri kita sendiri bukan orang tua maupun  orang lain.

             “Gunakan waktu sebaik-baiknya dan jadilah manusia yang berguna untuk semua”.          ....Itulah Doktrin yang ayah saya katakan dan harus saya lakukan.



*Dengan menulis kata-kata diatas, memang saya suka berwisata malam (bukan untuk hura-hura) tetapi ingin juga merasakan, ingin memahami dan mengasah interpersonal emosi saya. Dengan terus berfikir berulang-ulang dan selalu setiap ada jawaban timbulah pertanyaan dan pertanyaan baru.

Dan hal yang tertuliskan di atas adalah jawaban dari jawaban yang saya pahami dan saya rasakan.

             Banyak tempat-tempat di kota Bandung yang biasa dijadikan tempat singgah untuk para Tunawisma. Macam Penjara Banceuy, pinggiran masjid Raya Bandung, Pasar Baru, Jalan Alkateri dan masih banyak lagi. Dan memang petugas dari Pemkot Kota  Bandung tidak ambil pusing soal itu, dan masih ada rasa untuk saling memahami. Justru bila di Masjid Raya Kota Bandung para Tunawisma selalu dijaga keamanannya.

Jawa Barat adalah penduduk terbesar di indonesia dan paling banyak angka kemiskinan dan rendahnya pendidikan. Padahal pulau termaju di indonesia. Sampai sekarang pemerintah tidak tinggal diam tentang masalah itu.

             Karna sebenarnya Bandung itu adalah salah kota yang maju, banyaknya budaya asing yang bercampur, hiburan, kepentingan, para Tunawisma tidak bisa berpura-pura bebohong tidak tahu tentang itu. Berkembangnya zaman selalu berdampingan juga dengan berkembangnya teknologi, tetapi tidak juga dengan kesejahterahan, mulai terdengar dari pelaku Tunawisma bahwa hidup itu tidak Adil, dan saya mencoba untuk memahami itu. Dan tenggapannya adalah

          "Setiap orang mempunyai jalan hidup masing-masing, salah benar, adil maupun tidak adil itu relatif. Tergantung siapa yang perpandang maka dari itu disebutkan. Penyeimbang Alam Semesta"

*Disini saya mengajak para pembaca untuk juga berfikir, karena setiap pandangan seseorang dengan yang lainnya selalu berbeda,     
       
               Jangan lupa soal kerasnya kehidupan jalanan, dulu waktu saya masih duduk di bangku SD saya selalu dimarahi oleh Bunda saya bila pergi main jauh-jauh maupun pulang terlalu malam, kenapa?. Karna dari cerita Doktrinan bunda adalah, banyak anak kecil yang diculik untuk dijadikan seorang pengemis jalanan. Dibawa kedaerah yang anak itu tidak tahu dan disuruh untuk mengemis membayar setoran untuk majikan. Dan memang pada saat ini masih ada praktek buruk tersebut. 

Membuat rusaknya Jati diri anak itu. Mencoba-coba, meniru, dan akhirnya menemukan kenyamanan dengan melakukan hal buruk pada saat itu.

Teman penerus bangsa, rekan penerus bangsa di masa depan nanti telah dirusak dengan hal itu.

             "Dengan melihat anak-anak kecil berlari riang di sekitaran lapangan rumput sintetis alun-alun bandung, terkadang menjadi Obat dan juga terkadang menjadi bahan pemikiran"

Kenapa? memang bukan urusan saya, memikirkan jalan hidup orang lain. Tetapi, selalu ada yang mendorong di dalam hati.

  Menjadi Obat, obat penenang dalam pikiran pada saat saya memiliki sedikit cobaan. Bahwa dunia itu luas, masalah yang saya hadapi bukan apa-apa di muka bumi ini, tak sadar tersenyum melihat anak yang bermain dengan tingkah awamnya. Terhempas masalah yang dipikirkan.

  Menjadi bahan pikiran, dengan melihat bola mata hitam anak kecil nan bulat besar itu terasa, kasihan karna dia pasti masih belum paham bahwa apa yang telah terjadi di dunia ini. Macam-macam masalah nasional maupun Internasional yang dihadapi, sedih karna anak kecil itu harus siap melawan kejamnya dunia di masa yang akan datang.


Dan ini semua tergantung kepada anda para pembaca, bagaimana anda memahami dan berpendapat sesuai dengan diri anda pada saat selesai membaca tulisan saya.

     "Karna Tuhan telah menulis lebih dulu tentang semua ini dibanding kita yang ada di dalamnya"