Visual
|
Audio
|
(00-03’) Drone, Zoom
Out. Background : Landscape alam pegunungan.
|
(Bs) : Lagu daerah
|
(03-06’) Drone Zoom
out. Shot orang menari.
|
(Bs): Lagu daerah
|
(06-08’) Very long Shot. Orang menari
|
(Bs) : Lagu derah. (Vo) “Warna-warni budaya nusantara”.
|
(08-12’) Medium Long Shot. Orang menari
|
(Bs) : Lagu daerah. (Vo) “membentang luas sepanjang
cakrawala”.
|
(12-16’) Drone Zoom Out. Orang menari
|
(Bs) :Lagu daerah. (Vo) : “Keelokan tradisi yang ada di
tanah perbatasan”.
|
(17-21’) Medium Long Shot. Orang menari
|
(Bs) : Lagu daerah. (Vo) : “Atangdua”.
|
(21-30’) Medium Close Up. Orang menenun/ menjahit.
|
(Bs) : Lagu daerah. (Vo) : “Begitu mengesankan,
mempelajari keunikan budaya dua etnis saudara, Tetun dan kemak.
|
(30-50’) Bumper. Kejadian alam nusantara dan hewan endemik,
kebudayaan. (Screen title “Inside Indonesia”).
|
(Bs) : Bumper. Ost bumper “ CNN Inside Indonesia”.
|
(50-1.00’) Drone shot. Landscape pegunungan. (Wtr Mrk). Title
bawah “Tradisi suku saudara Tanah Belu”
|
(Bs) : Opening.
|
(1.00-1.07’) Long
Shot. Presenter berajalan. (Wtr Mrk). Title bawah “Tradisi suku saudara Tanah
Belu”. Close Up, gapura kota Atambua.
|
(Bs) : -
|
(1.09-1.30’) Medium Close Up. Narasumber “Pius Fahik,
Budayawan Belu”.
|
Pius Fahik “Sejak adanya peradaban manusia di Kanat Timur
ini, itu mereka sudah ada hubungan kekerabatan. Yang mana dituturkan dari
parapenutur, bahwa ada beberapa etnis atau suku yaitu, Petun, Buna. Mereka
ini sebenarnya besaudara”.
|
(1.30-1.45’) Long Shot . Orang menari
|
Pius Fahik “Sudah ada peradaban manusia. Mereka-mereka ini
dibagi ke wilayah masing-masing
kemudian, pergi dan menetap di sana dan menyebar luaskan etnisnya
masing-masing”.
|
(1.45-1.54’) Drone Zoom Out. Landscape desa.
|
(Bs) : Lagu daerah,
|
(1.54-2.13’) Cuplikan video Geografis.
|
(Vo) : “Kabupaten Belu terletak di sudut Timur Provinsi
NTT, ber ibu kota di Atambua, Kabupaten ini tersohor sebagai kota perbatasan.
Ya batas Negara republik Indoensia dan Timur Leste. Terletak di desa Motaain
atau sekitar 21 Km dari kota Atambua”.
|
(2.13-2.23’) Drone shot. Zoom Out, landscape hutan
|
(Bs) : -
|
(2.23-2.38’) Drone Shot, Landscape pemukiman desa.
|
(Vo) : “Di tanah Belu hiduplah empat etnis besar yaitu, Tetun,
Bunak, Kemak dan Dawan. Keempat etnis ini terbagi karena bahasanya, etnis
dengan jumlah penganut terbesar yakni etnis Tetun”.
|
(2.38-2.52’) Long Shot, kegiatan warga etnis Tetun.
|
(Vo) : “Kali ini kita akan mengenal lebih dekat tradisi
etnis Tetun dan Kemak, jika Tetun merupakan etnis mayoritas di tanah Belu,
Kemak mendiami wilayah kecamatan Tasifeto Timur. Yang bagian dari desa Sadi
dan sebagain dari desa kakulukasak”.
|
(2.52-3.04’) Medium Close Up, 3 warga setempat.
|
(Bs) : -
“Kami warga Desa Tukuneo, etnis Tetun. Kami warga Desa Sadi,
etnis Kemak”. *menggunakan bahasa setempat.
|
(3.04-3.20’) Long Shot, kegiatan upacara penyambutan desa
setempat.
|
(Bs) : -
(Vo) : “Menjelajahi kisah dan tradisi etnis Tetun, sayapun
berkunjung ke kampung adat umametan di dusun Berkase desa Tukuneno”.
|
(3.20-3.36’) Medium Close Up, warga yang sedang melakukan
acara adat setempat.
|
(Bs) :-
(Vo) : “Dalam budaya etnis ini stiap tamu yang datang akan
disambut dnegan pemberian selendang tenun, sekaligus dihibur dengan tarian
sambutan. Wahh, ternyaat tarian ini begitu menakjubkan.
|
(3.36-3.50’) Medium Close Up, tarian suku/etnik setempat.
|
(Bs) : lagu tarian adat setempat
(Vo) : “Irama musik dan gerakannya saling berkesinambungan nan
elok. Setelah disambut dengan tarian, masih ada pemberian silih pinang sebagai
tanda katan pesaudaraaan.
|
(3.51-4.00’) Medium Close Up, memakan makanan penyambut
dari suku Tetun.
|
(Bs) : lagu tarian adat setempat
(Vo) : “Tanaman sirih, pinang, dan kapur yang dimakan oleh tamu
menjadi penanda, bahwa kehadiran mereka sudah diterima sebagai bagian dari
etnis Tetun.
|
(4.00-4.12’) Medium Long Shot, identifikasi suku Tetun dan
suku Kemak.
|
(Bs) : lagu tarian adat setempat
(Vo) : “Baik etnis Tetun maupun Kemak, memiliki keramahannya
masing-masing. Kedua etnis ini identic dari satu dengan yang lainnya. Baik
dari kehidupan sosial hingga tradisi yang dimiliki.
|
(4.12-4.46’) Medium Close Up, “Pius Fahik, budayawan Belu”.
|
Pius Fahik : “Ketika mereka datang kesini, wilayah yang mereka
dapat dari raja, umat Lara dari Lorobogho, dalam perjalanan akhirnya terjadi
kawin akhir malih, antara etnis kemak yang barud atang dari Timor Leste, ada
perkawinan dengan etnis Tetun.
|
(4.46-4.58’) Very Long Shot, Tarian etnis duku setempat.
|
(Bs) : lagu tarian daerah setempat.
(Vo) : “Ikatan pesaudaraan yang ada pada dua etnis inilahh yang
mnejadi alasan kemiripan budaya keduanya,
|
(4.58-5.12’) Long shot, Rumah adat setempat.
|
(Bs) : -
(Vo) : “Kali ini saya berkesampatan untuk berjejakan rumah adat
suku Tetun yakni, rumah adat Umametan Lidah. Yang ada di dusun Berkase, desa
Tukuneno.
|
(5.12-6.11’) Medium Long Shot, Narasumber warga setempat “Niko
Demubesin” Ketua Lemabaga Adat Lidak.
|
Niko Demubesin : “Umametan disitu artinya dia ini punya simbol
yang lain itu gunung. Manokaman itu, manok itu ‘ayam’ aman itu ‘jantan’, jadi
ayam jantan. Kemudian Tukuneno, itu asal bahasanya itu Tok Neno. Yang artinya
tempat raja duduk”.
|
|
“Dari leluhur itu buatlah duduk kita itu hanya dari batang kayu,
kemudian rumah ini satu atap. Satu atap ini dia melambangkan, di rumah ini
walaupun berbeda oerangnya atupun pendatang tapi dalam kehidupan sehari-hari
keakraban dalam pergaulannya itu biasa”.
|
(6.11-6.22’) Medium Long Shot, Presenter “Dheayu jihan”.
|
“Kemudian satu atap ini melambangkan Bhinela tunggal ika, pancasila
ke tiga”.
Dheayu Jihan ; “Baik, nah pa riko kemmduian saya juga penasaran
nih untuk bisa masuk kerumah adat disini, tadi harus menunduk untuk bisa naik
kedalam rumah”.
|
(6.22-6.44’) Long Shot, cara memasuki rumah adat yang menunduk.
|
Niko Demubesin : “Jadi begini, kalo rata-rata disini misalnya
sebelum kita masuk kesini kita harus menunduk, Artinya kita menghormati nenek
laki-laki maupun nenek perempuan atau leluhur, walaupun mereka tidak ada
disini tetapi, kita menghargai dan menghormati bahwa memang tubuh dan raganya
tidak ada tetapi arwahnya masih ada di dalam sini.
|
(6.44-7.26’) Medium Shot, nampakan rumah adat setempat.
|
(Bs) “ -
(Vo) : “Saya begitu terkesan dengan kisah yang tersimpan di
dalam rumah ini. seluruh anggota suku yang ada pun, akan menghargai setiap
aturan-aturan yang dibuat. Ya, rumah adat ini menjadi satu dari sekian banyak
peninggalan-“
|
|
“yang terus terjaga. Sama seperti etnis Tetun, etnis Kemak
juga punya rumah adatnya sendiri. Disini saya berkunjung dan melihat secara
langsung keunikannya”.
|
(7.26-8.59) Medium Close Up, “Basilus Haletalo”, Tetua Adat Suku
Datotelu.
|
Basilus Haletalo : “Rumah adat ini sukubesarnya Datotelo,
kemudian rumah adat ini adalah rumah adat Barugul. Berugul yang saya jelaskan
bahwa didalamnya itu ada 70 kk dan kemudian 279 jiwa. Atap itu kita istilah
di sini bekerja bergorong royong sesuai dengan tradisi adat yang ada disini-“
|
|
“Kemudian peresmian, itu segala sesuatu yang kita anggap itu
pemalu saat peresmian perlahan-lahan untuk kita masuki. Kalo sudah kita
panen, kita akan melaksanakan satu kegiatan yang disebut ‘Genselo’. Genselo
itu kita gantung-gantung jagung seperti itu-“
|
|
“itu bukti bahwa anak-anak kita yang sudah keluar dan saat
peresmian rumah ini mereka dibeban untuk wajib membawa tanduk kambing ini.
dan sebgaian besar kita gantung seperti ini. katakanlah suatu istri saya bawa
dari suku lain masuk, dari suku tersebut dia menitipkan seekor babi. Dan babi
tersebut kita bunuh dan kita gantung disini-“
|
|
“dari ini rahangnya kita jumlah perempuan yang masuk ke
suku sini. Kita gantung disini”.
|
(8.59-9.15’) Long Shot, tarian anak-anak suku setempat.
|
(Bs) : lagu tarian suku adat setempat
(Vo) : “Meski Nampak berebeda satu kesamaan yang dimiliki kedua
etnis ini itu adalah keramah tamahan. Kepada siapapun mereka selalu melempar
senyum kerendahan hati mereka semakin membuat saya kagum”
|
(9.51-9.30) Ending Segmen 1, Drone Shot Zoom out.
|
(Bs) : lagu tarian suku setempat
|
(9.31-9.38’) Bumper Insinde Indoensia
|
(Bs) : lagu Bumper Inside Indonesia.
|
(9.38-10.04’) Drone Shot, Zoom out, tarian setempat.
Sub Tittle “Tradisi Suku Saudara Tanah Belu”.
|
(Bs) : lagu tarian suku daerah setempat
(Vo) : “Etnis Tetun sebagai etnis tertua di tanah Belu, memiliki
beragam tradisi dan budaya. Setiap tradisi diyakini merupakan peninggalan
nenek moyang mereka yang memiliki nilai leluhur”.
|
(10.4-10.30’) Medium Long Shot, Orang suku adat setempat
menari.
|
(Bs) : lagu tarian adat setempat
(Vo) : “Salah satunya adalah kesenian tari. Likurai dan tedebok,
menjadi tarian khas tradisi Tetun. Dua jenis tari ini melekat erat dengan
kisah leluhur dan sejarah etnis Tetun. Dalam beragam acara Likarai dan
tedebok selalu tidak pernah luput ditarikan”.
|
(10.30-11.02’) Medium Long Shot, warga suku adat setempat
menyanyikan lagu dan menari adat mereka.
|
(Bs) : lagu adat setempat
(Vo) : Tedebok sendiri identic dengan tari dan membuat formasi
berbentuk lingkaran, dengan laki-laki di lingkaran dalam dan perempuan berada
di lingkaran terluar.
|
(11.02-11.30’) Medium Close Up, narasumber setempat. “Maria
Bernadete”. Anak Suku Tetun.
|
Maria Bernadete : “semua induk dari tebe oran belu,
aslinya dari lidat, kerajaan Lidat di daerah kami. Kalo acara-acara menerima
pejabat-pejabat acara rumah adat, penyambutan kegembiraan. Laki-laki dan
perempuan campur, laki-laki di dalam perempuan di pinggir, itu maksudnya
supaya menyanyinya bersaut-saut, pantunnya”.
|
(11.30-12.04’) Medium Long Shot, Presenter sedang
beramusik kendang dengan warga setempat.
|
(Vo) : “Tak hanya Tebe, Likurai juga menjadi tim tarian wajib
untuk menyambut para tamu hingga merayakan kejayaan perang. Tarian ini
identic dengan alat musik yaitu kendang yang dengan bahasa setempat disebut
Tihar. Tihar sendiri terbuat dari kulit binatang, kambing.
|
(12.04-12.40’) Medium Long Shot, Warga setempat sedang menari
daerah setempat.
|
(Bs) : lagu tarian adat setempat.
Maria Bernadete : “Likuari juga menari rombelu tapi beda,
bedanya kalo orang utara cepat, keras, dan semangat. Kalo orang Melaka halus.
Kendangnya beda. Kalo utara kecil, kalo Kabupaten Melaka mereka itu besar,
mereka mainnya halus, kalo kami sedikit kasar karena”
|
|
“orang bukit. Keras”.
|
(12-40-13.06) Long Shot, orang adat setempat memakai baju
adat setempat.
|
(Bs) :-
(Vo) : “Tak hanya tarian adat, Tetun juga memiliki pakaian khas
yang digunakan lengkap pada upacara atau ridtual adat tertentu. Bagi saya
yang baru saja berkunjung ke tanah Timor ini, pakaian adat yang mereka
kenakan sungguh indah. Baik yang dipakai laki-laki maupun perempuan.”
|
(13.06-13.40’) Medium Long Shot, sedang mewawancara suku
tersebut dengan narasumber “Tonche”, warga etnis Tetun.
|
Presenter : “Pengen tau tips atau warna khusus bener-bener khas
banget, hanya Tetun yang punya, ada ga sih yang menggambarkan itu?”
Narasumber : “oh ya ini yang paling khas itu ini, motif dikur
ini.”
Presenter : “oh ya si tanduk ini hanya Tetun yang punya”.
|
(13.40-13.58) Long Shot, Herbal-herbal daerah suku
setempat.
|
(Bs) : -
(Vo) : “Tradisi lainnya yang masih kuat dilesatarikan etnis ini
adalah tradisi “ai tahan”. Atau pengobatan menggunakan tanaman herbal yang
ada di hutan”.
|
(13.58-15.15’) Long Shot, wawancara dengan “Gaudensia
Belak”, Makdod/Tabib Ai Tahan.
|
Gaudensia Belak : “Medis suku tetun ini diberkase
khususnya pakai obat-obat yang seperti ini yaitu ai tahan”.
Presenter :”Ini diambilnya dari?”
Gaudensia Belak : “Dari hutan langsung”.
|
|
Presenter : “Nah mama ini sekarang saya kebetulan sedang
tidak enak tenggorokan, ada tidak sih obat yang bisa untuk menyembuhkan
batuk-batuk sepertinya, ada tidak?”.
Gaudensia Belak : “Ada ini, ini tanaman mahkota (bunga mahkota).
Cara meminumnya kita petik buahnya seperti ini diiris langsung dijemur
seperti-“
|
|
“kita rebus seperti ini, kita sudah rebus dan disaring
dulu masukan disini, kaloo sudah dingin langsung kita minum, untuk tenggorkan
sakit, tidak enak badan. Kami meminum ini. Bunga Mahkota.”
|
(15.15-15.25’) Closing segmen II,
|
|
(15.25-15.33’) Bumper
Indside Indoensia (CNN).
|
(Bs) : lagu Bumper Inside Indoneisa
|
(15.33-15-51’) Long Shot, masyarakat setempat sedang
menari bersama. Sub tittle “Tradisi Suku Saudara Tanah Belu”.
|
(Bs) : lagu tarian daerah setempat.
|
(15.51-16.22’) Medium Close Up, “Stefanus lau Loe”, Penari
Tlai.
|
Stefanus Lau loe : ”Makna tari talai itu menceritakan sebuah
pertandingan yang memperebutkan seorang laki-laki. Antara dua orang wanita,
menarinya itu yang itinya itu dua orang tapi, menarinya itu mengantar bisa 5
sampai 6 orang. Dan dari tiap laki-laki”.
|
(16.22-16.46’) Long Shot, Pertunjukan tradisi Tlai.
|
(Vo) : “tari Tlai menjadi salah satu tradisi kebanggaan
etnis Kemak tarian yang bsangat khidmat ini dipertontonkn kerika upacara
ritual ha lu ha”.
|
(16.46-17.16’) Very Long shot, pertunjukan tradisi Tlai.
|
(Bs) : lagu tarian suku setempat
(Vo) : “Dalam tradisi etnis Kemak tarian juga indentik dengan
tari yang ada di etnis Tetun. Seperti tarian likurai di Kemak disebut tarian
paradudubau”.
|
(17.16-17.43’) Drone Shot, Zoom Out, desa setempat.
|
(Vo) : “Selain seni tari, Kemak juga terkenal dengan kain
tenunnya, keunggulannya sumber pewarnaan kain yang masih alami, seperti kain
tenun yang digawangi penduduk setempat, desa Sadi”.
|
(17.43-17.59’) Medium Long Shot, pembuatan kain tenun suku
daerah setempat.
|
(Bs) : -
(Vo) : “Gadis suku di sana diwajibkan untuk bisa menenun, karna
kemampuan menenun menjadi tolak ukur untuk bisa menikah dalam adat etnis
Kemak”.
|
(17.59-19.14’) Medium Close Up, Wawancara dengan
narasumber “Mama Regina”, Penenun Desa Sadi.
|
(Bs) : -
Presenter : “Kalo di katanya memang terkenal tenunnya itu
merupakan pewarnaan alami, itu bahannya dari apa?”.
|
|
Mama Regina : “Warna merah, kuning, hijau, biru, hitam.
Itu semua didapat sekitar sini saja. Ya. 1 minggu untuk tenunya saja kalo
untuk proses ini harus 2 minggu dari
awal proses mengikat pemutih baru dicelup ke lumpur habis itu baru kerja
untuk lolo habis itu tenun”.
|
|
Presenter : “Kalo untuk proses dari awal sampe akhir itu
bisa dikerjakan satu orang atau harus bergiliran atau bagaimana mama?”.
Mama Regina : “Satu orang bisa, ya. Baik harus kelompok karena
prosesnya harus banyak orang”.
|
(19.14-19.37’) Medium Close up, Presenter sedang mencoba
untuk menenun.
|
(Bs) : -
(Vo) : “Kain-kain ini biasa digunakan dalam-acara-acara adat.
Proses panjang dibalik keindahan setiap lembarnya membauat harga kain ini
realtif tinggi, dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah namun sangat sebanding
dengan hasilnya yang begitu cantik”.
|
(19.37-20.12’) Long Shot, warga masyarakat setempat
berkumpul.
|
(Bs) : -
(Vo) : “Berkunjung ke desa Sadi dimana etnis Kemak hidup dengan
rukun, tentram, dan bahagia. Di sinipulalah ragam tradisi masih subur.
Tradisi ha a luha salah satunya, tradisi ha a luha dalam arti suku Kemak
berarti meminta berkat kepada arwah leluhur. Ritual dalam tradisi ini diawali
dengan penyembilah qurban berupa babi dan ayam”.
|
(20.12-20.53’) Medium Close Up, narasumber “Andreas Lau Mali”,
Anak Suku Kemak.
|
Andreas Lau Mali : “Awalnya hewan itu diqurbankan di depan
pintu rumah adat, yang istilah disini dinamakan ha a luha memang tida langsung disebelih
masih ada proses pertama yaitu bikin sirih pinang, dan sirih pinang yang
ditari itu jumlahnya dihitung bedasarkan jumlah-“
|
|
“anggota suku laki-laki yang ada di sini dan, anggota suku
perempuan yang sudah berkeluarga. Jadi dari pihak yang laki-laki bisa membawa
ayam bisa membawa babi, tetapi kalo yang perempuan yang sudah berkeluarga itu
mereka hanya bawa ayam bawa sirip pinang”.
|
(20.53-21.23’) Long Shot, aksi ritual Ha a Luha.
|
(Vo) : “Setiap babi dan ayam ini nantinya akan diambil organ
dalamnya seperti usus untuk diramal dan membaca nasib sang punya hewan.
Gambaran usus mereplesentasikan kehidupan selanjutnya si pembawa hewan
qurban”.
|
(21.23-22.02’) Long Shot, aksi ritual Ha a Luha
|
(Vo) : ”Ritual dilanjutkan dalam area pemakaman atau
kuburan yang disebut dengan hulahitu, disini ritual yang dilakukan masih
sama yakni penyembelihan hewan dan
pembacaan nasib”.
|
(22.02-22.50) Medium Shot, Aksi ritual ha a Luha.
|
(Bs) : -
(Vo) : “Puluhan hewan yang sudah disembelih selanjutnya dimasak
sama-sama oleh warga, daging yang sudah matang akan dimakan bersama dengan
anggota suku lain”.
|
|
“Nah, sekarang menjadi waktu yang saya tunggu-tunggu, bisa duduk
bersama dengan warga suku Kemak serta menikmati keramahan dan keterbukaan
mereka terhadap para pendatang, satu persatu piring diputar. Daging dan nasi
yang sudah disiapkan pun dibagikan. Wah tidak sabar rasanya”.
|
(22.50-23.15’) Medium Close Up, Presenter dan jamuan makan malam
daerah suku setempat.
|
Presenter : “Salah satu bagian rangkaian dari tradisi ha a luha
ini adalah makan bersama yang makanan sudah dihidangkan disini, atau dalam
bahasa etnis disebut dengan Seka. Di sini saya merasakan betapa rasa
pesaudaraan dan kekeluargaan disini begitu terasa erat, tapi setelah makan ini ada lagi prosesi
sebagai penutup dari rangkaian ha a luha yakni prosesi pemberian berkat”.
|
(23.15-23.53’) Long Shot, Makan bersama warga setempat.
|
(Bs) : -
(Vo) : “Proses A luha yang panjang di hari itu ditutup dengan
ritual pemberian berkat, di sini warga akan bergiliran menerima berkat dari
ketua suku”.
|
(23.53-24.44’) Medium Close Up, narasumber “Andreas
Lau Mali”, Anak Suku Kemak.
|
“Setelah makan pasti ada ritual penutup yang artinya terima
berkat atau istilah di sini ‘kaba’ kalo sudah makan habis, nanti ketua dari
sini. Semua anggota suku yang hadir kita kesana menghadap satu-satu untuk
terima berkat dalam bentuk ‘kaba’ nanti kabanya bisa di leher, di tangan,
kepala, laki-laki dan perempuan semua anggota keluarga”.
|
(24.44-25.01’) Medium Close up, ritual kebaktian suku
setempat.
|
(Bs) : -
(Vo) : “Ketua suku akan mengoleskan sirih pinang ke bawah leher
dan atas kepala. Nilai luhur yang diyakini ialah setiap hal yang ada di
kepala harus berasal dari hati
|
(25.01-25.48’) Closing segmen
terakhir. Tarian tradisional suku adat setempat
|
(Bs) : lagu tarian daerah setempat
|